Aku Benci Sakit Hati

Suatu ketika, aku pernah membaca tulisan yang dibuat oleh temanku. Tulisan singkat mengenai seseorang yang tidak mau terlepas dari gawai yang ia miliki. Temanku pun bertanya, "mengapa kamu tidak bersosialisasi dengan yang lain? Apakah kamu tidak bisa melepaskan gawai itu barang sejenak?" Kemudian, orang tersebut memandang temanku sejenak. Meringis sekilas. "I don't want to be hurt. This thing couldn't hurt me. So I choose to be with this thing instead of with another people."

Baiklah. Mungkin banyak yang merasa bahwa orang tersebut terlalu memikirkan dirinya sendiri. Tapi bagiku, aku mengerti apa yang dia rasakan. Ia hanya tidak ingin sakit hati. Mungkin saja, di masa yang lalu, ia mengalami trauma mendalam akan sosialisasi. Pada akhirnya, ia memilih untuk bergaul bersama benda mati daripada makhluk hidup. Meminimalkan kemungkin untuk mengalami sakit hati yang entah bisa disembuhkan atau tidak tidak.

Image credit: hdwallpapers.com, edited by me
Mungkin, semua orang pun demikian. Tidak mungkin ada orang yang senang sakit hati. Aku pun tidak. Bagiku, menjaga hatiku sendiri itu menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Meskipun semua orang berusaha menghibur dan terus mengatakan, "tenang, semua akan baik-baik saja. Kamu akan baik-baik saja." Oh, kupikir tidak demikian. Bagiku itu adalah satu hal yang munafik. Tidak seorang pun berada dalam kondisi baik-baik saja saat ada kejadian yang menyakiti hatinya. Baik itu putus cinta ataupun masalah lainnya.

Lalu, apakah kemudian kita bisa menghindarinya? Sayangnya tidak. Kita tetap akan terus mengalami sakit hati. Bagaimanapun bentuknya. Tak peduli juga mengapa. Kita memang membenci sakit hati. Kita mungkin tidak ingin mengalaminya lagi. Akan tetapi, sayangnya, sakit hati akan terus ada dan menyelimuti kehidupan kita.

Aku benci sakit hati. Hal itu membuatku lemah dan pada akhirnya tidak dapat berpikir. Aku benci tidak dapat mengendalikan perasaanku hanya karena satu hal. Sayangnya, lagi-lagi aku tidak bisa menghindarinya. 

Sincerely,
Ra

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.