Apakah Memang Kita Tidak Pernah Bertemu Sebelumnya?

1/26/2017 01:17:00 PM
Kalau ditanya apakah aku menyukai suara lalu-lalang kendaraan, jawabannya adalah tidak. Sesungguhnya, aku tidak menyukai tempat yang terlampau ramai. Akan tetapi, beberapa hari ini aku harus mengalah. Dengan kenyataan bahwa ponsel kesayanganku raib beberapa bulan lalu ditambah dengan modem yang mogok beroperasi, kuputuskan untuk mencari tempat yang memiliki koneksi internet yang cukup mumpuni. Pilihanku jatuh pada area ber-wifi yang sekarang banyak menjamur di beberapa kota besar. Letak area tersebut tepat berada di pinggir jalan raya. Apa boleh buat, tempat itulah yang bisa menampung keinginanku.


Sesampainya aku di area itu, aku cukup terkejut. Tak banyak orang yang ada di sana. Empat meja panjang yang tersedia tak diduduki oleh seorang pun. Sedangkan, meja tinggi yang melekat di dekat dinding sudah terisi oleh dua orang cowok yang sepertinya seumuran denganku. Mereka sedang fokus pada laptop masing-masing sambil mengembuskan asap rokok dengan santai.

Aku memutuskan untuk sebisa mungkin menghindari mereka. Bukannya aku tak suka asap rokok, tapi aku hanya ingin kesendirian dalam melakukan apa-apa yang ingin lakukan. Sesaat aku akan menuju meja tinggi di sisi dinding lainnya, cowok yang memakai kaus putih mengangkat wajahnya. Secara tak sengaja, pandangan kami bertemu. Aku sedikit salah tingkah saat dia memandangku tajam. Aku sampai bertanya-tanya dalam hati, apakah ada yang salah dengan wajahku? Tapi kurasa tidak. 
Ahh, mungkin inilah manusia. Seolah-olah mengetahui sesuatu padahal nyatanya tidak ada yang ia ketahui.
Aku masih saja tidak bergerak, sampai cowok itu berdiri dari duduknya dan menghampiriku.

"Have we met before?" tanyanya pelan dengan suaranya yang dalam.

Aku otomatis menggeleng, "Tidak," jawabku pelan.

Si cowok itu mengerutkan dahinya dan seperti memperhatikanku lekat-lekat. Ia lalu menggeleng pelan dan berkata lirih, "sepertinya memang tidak mungkin."

Cowok itu pun kembali duduk di tempatnya. Temannya hanya memandangi si cowok itu dan aku bergantian. Seolah-olah bertanya apakah temannya baik-baik saja.

Aku menghela napas pelan. Lalu, aku pun mengambil duduk di meja panjang yang berada di depan meja cowok itu. Jujur saja, aku sangat menyadari kalau cowok itu terus memperhatikanku. Aku menjadi risih karena diperhatikan demikian. Sampai-sampai, aku sulit berkonsentrasi pada apa yang sedang aku kerjakan.

Tiga jam berlalu. Posisiku dan cowok itu tetap sama. Sampai akhirnya, cowok itu dan temannya menutup laptop masing-masing dan memasukkannya ke dalam tas. Sebelum beranjak pergi, cowok itu menghampiriku dan melempar pertanyaan kembali,

"Apakah kamu benar-benar yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya?"

Aku mengangkat alis. "Tidak. Aku rasa aku belum pernah melihatmu sebelumnya," jawabku pelan. Benar-benar aneh. Maksudku, mengapa cowok ini terlihat ngotot sekali?

Teman si cowok itu menyentuh lengan cowok itu pelan lalu menggeleng, "sudahlah. Kamu tahu kalau itu tidak mungkin."

Wajah cowok itu mengeras. Aku bisa melihat ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tanpa berkata lagi, kedua cowok itu pun berlalu.

Aku mengembuskan napas lega. Rasanya, ada kelegaan saat kedua cowok itu pergi. Akan tetapi, kalau dipikir-pikir, wajah cowok itu memang familiar. Tapi... mungkinkah? Ahh, mungkin inilah manusia. Seolah-olah mengetahui sesuatu padahal nyatanya tidak ada yang ia ketahui.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.