Tidak Selamanya Aku Begitu

Semua orang tahu aku bukanlah orang yang suci. Dari awal, aku sudah penuh luka dan cacat. Semua orang mengenalku demikian. Kepribadianku buruk dan perangaiku tak baik. Sampai kapan pun, aku akan tetap seperti ini. Dianggap seperti ini.

Dia. Satu-satunya orang yang membuat kehidupanku semakin sulit. Dia yang awalnya mengulurkan tangan untuk membantuku, karena satu kesalahpahaman kecil, telah mengubah dirinya. Dia tidak lagi menghargai segala macam usahaku. Semua ini karena diriku yang tidak punya kepribadian baik. Ini semua karena aku yang sudah dari awal berdosa dan penuh cacat. 

Mungkin, sampai nanti, dia tidak akan pernah percaya kepadaku. Semua kata-kataku mungkin sudah dianggap angin lalu. Aku, tidak bisa apa-apa. Aku tidak punya daya untuk menampik karena dia sudah berkata demikian. Aku di sini hanya bisa meringis. Meratapi nasib.

Source: here, edited by me
Di balik ratapanku, setidaknya aku ingin dia tahu, tidak selamanya aku begitu. Orang-orang yang ada di sekitarku selalu mengingatkanku. Aku harus menjadi orang yang lebih baik. Aku harus bisa berubah. Bukan. Bukannya aku mau mengubah diriku yang sekarang, tapi aku tahu, aku harus mengubah perangaiku yang aku tahu memang menyebalkan. 

Sayangnya, lagi-lagi usahaku ini tak dilihat. Tetap saja usahaku ini sudah tertutupi oleh anggapan bahwa aku ini orang yang berdosa. Ahh, seandainya saja dia tahu. Aku di sini penuh luka. Aku di sini frustrasi dan tidak tahu apa yang harus lakukan. Aku merasa tidak berguna di dunia ini. Buat apa aku berusaha kalau yang dilihat hanyalah diriku yang penuh dosa? Apakah aku memang tidak pantas untuk dihargai? Apakah karena dari awal aku tidak memiliki kepribadian yang baik? 

Ahh, padahal aku ingin bilang, tidak selamanya aku begitu. Tidak selamanya aku ingin seperti itu.

--sebuah tulisan kecil untuk kamu yang masih melihat seseorang hanya dari kesan pertama yang kamu lihat.

21062016
Ra

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.